SEKILAS TENTANG BRT

BRT merupakan dalah satu transportasi umum yang cukup populer saat ini. Berikut adalah penjelasan BRT yang ada di Semarang.

RUTE BRT

Berikut adalah penjelasan mengenai rute yang dilayani oleh BRT Trans Semarang.

TARIF BRT

Berikut penjelasan mengenai tarif BRT.

SUASANA DALAM BRT

Sedikit gambaran mengenai suasana saat berada di dalam bus Trans Semarang.

PENGELOLAAN BRT

Pengelolaan serta manajemen BRT Trans Semarang.

Minggu, 06 Mei 2012

SKENARIO FILM

Skenario Film:
Gara-gara BRT
1.    EXT. Pinggir Jalan Raya. Pagi
CAST : Hans dan Puput
Saat pagi hari, dipinggir jalan Hans dan Puput sedang survey tempat yang akan dibangun sebuah halte bus yang dinamakan BRT. Rencananya mereka akan mengganti bus-bus angkutan kota (metro mini) menjadi BRT, sesuai program pemerintah kota Semarang.

Hans                : Bagaimana kalau halte BRT kita bangun di sini, karena letaknya strategis dan ada jembatan penyebrangannya? (suara kendaraan lewat)
Puput               : Iya, tempatnya sangat cocok untuk dibangun BRT. Besok kita ada rapat lagi Pak. Semua berkas sudah saya siapkan untuk besok.
2.    EXT. Pinggir Jalan Raya. Pagi
CAST : Fikri dan Vania
Di seberang jalan pak Fikri dan bu Vania melihat Hans dan Puput yang sedang survey untuk membangun halte BRT. Mereka mendengar bahwa kebijakan pemerintah untuk mengganti metro mini dengan BRT guna penghematan energi dan memperbaiki transportasi massal di Semarang.

Bu Vania         : Pak, kamu lihat dua orang di seberang sana? (menunjuk ke arah Hans). Kata warga, mereka ingin membangun halte BRT disitu lho. Dan mengganti metro mini dengan BRT. Gimana dengan nasib kalian pak?
Pak Fikri          : Yang bener Bu? Kalau hal itu bener-bener terjadi, kita para supir akan kehilangan pekerjaan. (Nepuk dahi)

3.    EXT.Depan rumah makan. Siang
Di depan rumah makan, Hans dan Puput sedang berdiri menunggu supir mereka datang. Lalu ada seorang gadis cantik yang sedang jalan terburu-buru. Nama gadis itu adalah Resti. Dia tiba-tiba terjatuh karena terpana melihat Hans.

Resti                : Aduuuh!! (tiba-tiba jatuh di depan Hans karena tersandung)
Hans                : (menangkap Resti). Mba nggak apa-apa kan?
Resti                : (mengibaskan rambut) saya nggak apa-apa kok mas. (Terpesona
dan melihat ke arah Hans).
Puput               : (merasa cemburu melihat Hans dan Resti) Eheem!
Hans                : Mba bisa jalan kan? Apa perlu saya bawa ke rumah sakit? (khawatir)
Resti                : Nggak usah mas, cuma terkilir aja kok.. (berdiri)
Hans               : Oh yaa nama saya Hans (mengajak berjabat tangan). Nama Mba siapa?
Resti                : Saya Resti (menjabat tangan Hans malu-malu). Terma kasih ya mas, oh ya panggil nama saja mas..permisi.. (kemudian pergi).
Hans               : (Mengejar Resti dan memberi kartu namanya) Resti..sms nomer kamu yaa.
Resti                : Menerima dan kemudian jalan pergi meninggalkan Hans.

4.    INT. Rumah Resti. Siang
Sesampainya resti dirumah, resti terus senyam – senyum. Sang ayah {fikri} tiba-tiba datang dengan muka marah dan membuang koran yang ada di meja.

Resti                : Bapak kenapa. .? kok kelihatan kesal..?
Pak Fikri          : Itu lho, di seberang gang rumah kita ada rencana untuk pembangunan halte BRT. Bagaimana nasib kita para supir angkot, kalau metro mini ditiadakan.
Resti                : Yang bener Pak? (kaget) Terus itu emang program pemerintah? Lalu gimana dengan nasib Bapak?
Pak Fikri          : Iya, pemerintah memang selalu tidak memikirkan kaum seperti kita ini. Emangnya mereka pikir BRT akan jadi solusi kemacetan? Rakyat kecil mah cuma pengen yang naik yang murah, yang penting aman. (dengan muka kesal)
Resti                : Iya sih Pak, tapi kalau dipikir lagi, mungkin kalau beralih ke BRT warga bisa lebih aman dan nyaman. Soalnya kan fasilitasnya lebih baik. (menenangkan)
Pak Fikri          : Halaah, itu pemborosan namanya. Angin dari jendela juga wis adhem. Rak sumuk tho? (kemudian bergegas pergi keluar rumah).
Resti                : iih Bapak, kenapa jadi marahin aku tho? (bingung)

5.    EXT. Lingkungan RT. Siang
Pak Fikri          : Bapak – bapak, ibu –ibu, Adik-adik ! Pokoknya kita harus memperjuangkan nasib kita! Kita harus menentang adanya BRT! BRT cuma bikin nambah pengeluaran dan gak ada manfaatnya. Setuju semua? (Dengan nada tinggi dan bersemangat).
Para Warga     : Setujuuu! (mengangkat tangan)
Pak Fikri          : Ayo semua kita ke kantor walikota! (Pak Fikri dan para warga bergegas ke kantor Walikota Semarang)

6.    EXT. Kantor Walikota Semarang. Sore
Terdengar suara teriakan para warga sekitar tempat yang akan dijadikan halte BRT yang sedang berdemo.

Para Warga     : Gagalkan BRT! Hidup kaum supir metro mini! Hiduuup! (berteriak di depan kantor Walikota).
Hilda                : Pak, para warga berdemo di luar. Mereka menuntut karena kebijakan penggantian metro mini ke BRT pak. (menemui pak Tendy dengan tergesa-gesa)
Pak Tendy      : Biar saya yang tangani kamu panggil Hans segera (bergegas keluar)
Hilda                : Pak, Hans tidak ada di ruangannya pak.
Pak Tendy      : Apaaaa??!! Dimana hans? Dia yang seharusnya yang menangani konflik ini. Kemarin kan seharusnya ada sosialisasi dulu.(kesal)
Puput               : Pak, tadi saya lihat pak Hans sedang bersama anak supir metro mini itu Pak. Dia hanya izin keluar tadi Pak. (Tiba-tiba datang)
Pak Tendy      : Aduuh, gimana sih kerjaannya. Menangani warga saja tidak becus! (Marah dan kesal).
Akhirnya Pak tendy berbicara kepada warga untuk menjelaskan tujuan dan manfaat dari kebijakan tersebut.
Pak Tendy      : Begini bapak-bapak, ibu-ibu, dan adik-adik semua, tujuan dari penggantian metro mini menjadi BRT itu untuk menuju kota yang menghemat energi. BRT menggunakan bahan bakar gas, juga dapat mengurangi kemacetan karena bisa mengangkut warga dalam jumlah banyak, selain itu nyaman dan aman. Untuk harga kita tidak mematok harga yang tinggi sehingga relatif hemat untuk ekonomi menengah ke bawah.
Pak Fikri          : Tapi memang bapak bisa yakin BRT akan berjalan sesuai rencana dan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat khususnya kelas bawah seperti kita? (tetap menentang)
Pak Tendy      : Tentu jika ingin hal itu berjalan sesuai rencana perlu dukungan masyarakat untuk membantu merealisasikannya dong.
Pak Fikri          : Halaah, omong kosong! Kalo BRT masih tetap dilaksanakan kami akan lebih berdemo. Kita semua akan kehilangan pekerjaan. (marah-marah)
Pak Tendy      : Sekuriti, tolong tertibkan mereka. Dan suruh mereka meninggalkan kantor saya. (sekuriti pun datang)
Akhirnya warga pun bubar dan kembali pulang.

7.    EXT. Di rumah Resti
Hari sudah malam, Resti diantar pulang oleh Hans dengan sepeda motornya. Tetapi Pak Fikri mendengar suara motor, ia langsung keluar rumah.

Pak Fikri          : Resti, habis darimana kamu pulang baru jam segini? (dengan nada tinggi)
Resti                : Lho, Bapak sudah pulang? (kaget)
Pak Fikri          : Sepertinya saya kenal sama anak ini. Bukannya dia itu pemuda yang ngurusin pembangunan BRT tadi itu? (kaget dan menunjuk ke arah Hans). Kamu ngapain Resti dengan dia? Cepet masuk! (marah)
Hans                : Begini Pak, saya sama Resti hanya berteman kok Pak. (menenangkan)
Pak Fikri          : Halaaah, kamu itu. Jangan coba-coba deketin anak saya lagi ya! Saya gak mau anak saya berteman dengan orang yang gak peduli pada rakyat kecil. Pergi kamu! (membentak)
Hans                : Pak, sebelumnya saya ingin minta maaf. Penggantian metro mini ke BRT sangat bermanfaat Pak bagi semua masyarakat. Mungkin Bapak berpikir akan kehilangan pekerjaan kalau metro mini dihapuskan tapi para supir metro mini bisa beralih profesi jadi pengemudi BRT, Pak. Lagipula, BRT lebih nyaman dan aman dari metro mini. Harga ongkosnya pun terjangkau dan diharapkan bisa mengatasi kemacetan. Tentu semua pihak harus berpartisipasi agar itu semua terwujud. (menjelaskan dengan tenang)
Resti                : Bener itu Pak yang dibilang Hans. (menambahkan)
Pak Fikri          : Halah, kamu udah kemakan rayuannya nduk. Bukannya bela Bapakmu ini malah bela mereka yang enak-enakan makan uang rakyat. (kesal)
Bu Cynthia      : Pak Fikri, memang bener apa yang dikatakan Hans barusan. Kita
(Bu Lurah)  tentu harus mendukung program pemerintah. Namun harus tetap mengawasi, dengan begitu tujuan utama dari adanya BRT bisa terealisasikan dengan baik. (tiba-tiba muncul)
Pak Fikri          : (Terdiam dan berpikir perkataan Bu Cynthia) Baiklah kalau begitu saya setuju adanya pengalihan BRT. Namun saya berharap amada BRT bisa diperbanyak untuk menampung banyaknya masyarakat pengguna transportasi.
Resti                : (Tersenyum bahagia melihat ke arah Hans)
Hans                : Terima kasih Pak. (berjabat tangan dengan Pak Fikri)

8.    EXT. Di Taman. Sore
Hans dan Resti jalan berdua di taman. Mereka terlihat bahagia.

Hans                : Res, aku seneng sekarang. Akhirnya Bapakmu setuju dan membujuk warga untuk setuju dengan adanya BRT. Terlebih menyetujui hubungan kita. (berhenti dan melihat ke arah Resti).
Resti                : Lho emang selama ini kita punya hubungan apa? Teman kan? (bercanda sambil senyum-senyum)
Hans                : Jadi kamu..? (bingung)
Resti                : Iya, aku tau maksudmu. (tertawa) Aku senang akhirnya para supir metro mini itu masih punya pekerjaan. Dan masyarakat bisa merasakan manfaat dari BRT.
9.    EXT. Di Terminal BRT. Sore
Hans dan Resti berjalan dan kemudian naik BRT bersama.
Disisi lain Pak Fikri bahagia karena telah menjadi supir BRT bukan metro mini lagi.
-------------------------------------------------The End------------------------------------------------
Aktor dan Aktris
Fikri                 : Supir metro mini dan Bapaknya Resti
Resti                : Anak Pak Fikri
Hans                : Konsultan
Puput               : Sekretaris Hans
Tendy              : Bapak Walikota Semarang
Hilda                : Sekretaris Pak Tendy
Cynthia            : Wakil walikota
Vania               : Penjual Warteg
Para Warga     : Latifah, Vania, Cynthia, Fikri, Hans, Resti, Arni.